FBI Temukan Jack The Ripper
Hal ini terungkap setelah dokumen rahasia FBI dipublikasikan secara online. Penyelidikan FBI terbilang lebih menyeluruh dan terperinci ketimbang penyelidik Inggris saat itu. Bahkan profil lengkap tersangka pembunuh.
Ahli tingkah laku dari National Centre For The Analysis Of Violent Crime mempelajari pembunuhan pelacur-pelacur yang dilakukan Jack The Ripper di London Timur. Hal ini dilakukan sebagai latihan untuk memecahkan misteri tersebut pada 1988 lalu.
Agen Khusus Pengawas John E Douglas yang mempelajari data-datanya melalui Scotland Yard menyatakan, Jack The Ripper meyakini pembunuhan itu bisa dibenarkan. Bahwa korban-korbannya adalah sampah, bukan sesuatu yang berharga.
“Ia berasal dari keluarga yang ibunya dominan dan ayah yang pasif atau bahkan tak pernah ada. Ibunya mabuk-mabukan dan suka ditemani banyak pria. Sehingga pembunuh ini kekurangan perhatian tetap, serta tumbuh dengan fantasinya,” demikian file FBI itu.
Fantasi itu, menurut FBI, melibatkan dominasi, kekejian dan mutilasi perempuan. Ia mencari posisi yang memungkinkannya beroperasi sendiran dan terus menerus melatih fantasinya. Jack The Ripper membawa-bawa pisau untuk berjaga-jaga jika ada yang menyerangnya.
“Tipe paranoid ini disebabkan gambar-gambaran yang ia ciptakan sendiri. Kemungkinan besar, ia abnormal secara fisik. Pembunuhan prostitusi itu bukan tak sengaja, ia tahu kapan dan di mana harus membunuh korbannya,” lanjut FBI.
Biro penyelidik AS ini meyakini, aktivitas pembunuhan terhenti sejak Jack diinterogasi Scotland Yard sebagai salah satu tersangka. FBI juga menyatakan, tak mungkin pelaku bunuh diri setelah pembunuhan yang terakhir.
“Kejahatan semacam ini biasanya berhenti jika tersangka hampir terbongkar identitasnya, diinterogasi polisi atau ditahan atas pelanggaran lainnya.”
Studi FBI ini dilakukan 100 tahun setelah para korban, Mary Ann Nichols (43), Annie Chapman (47), Elizabeth Stride (44), Catherin Eddowes (46) dan Mary Jane Kelly (25) tewas. Mereka dimutilasi pada 31 Agustus-9 November 1988.
Dalam dokumen teori tersebut, FBI memiliki dua tersangka, Aaron Kosminski dan Robert Mann. Kosminski yang kelahiran Polandia sempat diinterogasi, dikirim ke rumah sakit jiwa dan meninggal pada 1919.
Scotland Yard amat yakin, Korminski adalah pelakunya. Sebab ia cocok dengan ciri-ciri pelaku yang usia 20-an dan ayahnya baru meninggal. Kain berdarah yang digunakan untuk membersihkan pisau juga ditemukan dari tempat tinggal kakaknya.
Sedangkan Mann, tinggal tak jauh dari lokasi dua pembunuhan dan meninggal pada 1896. Ia bekerja di kamar mayat, pernah membersihkan jasad dan menguburkan salah satu korban. Mann juga cocok dengan ciri-ciri Jack The Ripper.
Mann adalah pria jalanan yang amat mengenal London, bertubuh kecil dan mahir memainkan pisau. FBI sendiri tak bisa banyak menggali informasi lain mengenai Mann. Hingga kini, identitas Jack The Ripper masih misterius dan membuat penasaran aparat seluruh dunia.